Kamis, 04 Juni 2015

Senja, dan Semuanya Berakhir


#NulisRandom2015 - 3 Juni
 
Kala itu senja. Semburat oranye melingkar-lingkar di kanopi langit. Awan berarak dengan saput kemerahan.
Mereka memandang senja, dengan tangan masih berpegangan satu sama lain. Seolah tak ingin saling kehilangan, genggaman mereka mengerat.
“Chizuru.”
“Seiji.”
Tanpa dikomando, mereka saling memanggil secara bersamaan—kemudian menatap satu sama lain secara bersamaan pula. Tidakkah mereka terlihat serasi? Mereka mungkin terlihat seperti pasangan yang benar-benar cocok dan akan bersama selamanya.
Tapi mungkin itu salah.

“Jadi ….” Chizuru menghela nafas,”bagaimana keputusanmu, Seiji? Aku sudah memberimu waktu untuk berpikir.”
“Maaf, Chizuru. Keputusanku tetap. Aku akan meninggalkanmu,” jawab Seiji tegas, namun lirih. Chizuru menunduk, berusaha menahan air mata yang mulai terkumpul di pelupuk mata,”Jadi kita berakhir sampai di sini, Seiji?”
“Ya.”
“Tapi kau tidak salah, Seiji. Aku tidak mau ….”
“Salah tidak salah, aku hanya akan membawa ketidakbahagiaan untukmu. Aku harus meninggalkanmu, Chizuru.”
Chizuru menggeleng,”Siapa bilang? Aku bahagia denganmu!”
Seiji memalingkan wajahnya, tak ingin memandang wajah Chizuru. Ia tahu Chizuru akan menangis dan ia tak suka melihat itu,”Chizuru, kau ingat harapan kita saat pertama kali kita bersama?”
“Semoga kita bisa saling menjaga satu sama lain, saling melindungi satu sama lain kan? Jadi kenapa kau mengkhianati harapan kita?” seru Chizuru dengan suara bergetar. Seiji menggeleng keras,”Aku tidak berniat mengkhianati harapan kita! Kita harus berpisah agar aku bisa melindungimu. Chizuru, akan berbahaya jika aku terus dekat denganmu. Ini menular, ingat?”
“Aku tahu kalau itu menular. Tapi aku yakin kau akan menjagaku agar aku tidak sampai tertular, bukan?”
“Bagaimana jika salah satu dari kita ceroboh? Aku ini sudah kotor, Chizuru. Aku tidak pantas lagi bersamamu. Sudahlah, biarkan aku meninggalkanmu. Kita akhiri sampai di sini,” Seiji berdiri. Namun Chizuru menarik tangannya,”Kau tidak kotor! Kau tidak tahu kalau ada virus HIV dalam darah yang ditranfusikan untukmu, kan?”
“Chizuru … ini tetap sebuah perpisahan. Kau pasti bisa mendapat yang lebih baik dari seseorang yang telah terinfeksi HIV sepertiku.”
Seperti yang Seiji katakan, ini tetap sebuah perpisahan. Seiji tetap berjalan menjauhi Chizuru yang menangis tersedu-sedu. Langit perlahan mulai meredupkan oranye, terganti dengan kelabu gelap malam.

(Saya dapat prompt senja-perpisahan. Dan ini terinspirasi kisah seorang anak yang mendapat virus HIV gara-gara tranfusi darah, tapi saya kurang ngerti. Maafkan saya kalau ada yang salah. Iya, saya tahu HIV tidak menular dengan mudah seperti hanya dengan berdekatan dan ODHA tidak boleh dikucilkan, tapi tokoh di sini sudah terlanjur putus asa ceritanya ._.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar