Kamis, 04 Juni 2015

Albizia

#NulisRandom2015 - 4 Juni

Alfred menemukannya, di bawah teduh naungan kanopi trembesi. Seorang gadis dengan helaian surai hijau nan menjuntai hingga lutut, tersenyum pada cakrawala yang mengaburkan layung. Alfred sendirian, lari dari rumah, tak ingin pulang---hingga sorot netra zamrud itu mendekap bayangnya. Dan sejak itulah Alfred memutlakkan kata teman dengan perempuan misterius itu.


Albizia, hanya nama itu yang Alfred tahu. Alih-alih mengucap nama manusia, sosok maya tersebut mendesihkan nama latin pohon trembesi. Tapi bagi Alfred nama itu tidak penting, asalkan Albizia selalu ada di tempatnya setiap saat Alfred butuh ketenangan.

"Kenapa kau tidak pernah pergi dari tempat ini?" Alfred mengutarakan tanya suatu hari.
"Karena jika aku pergi dari sini, kau tidak akan pernah menemukanku di mana pun." Albizia memilin-milin ujung rambutnya yang terlampau panjang.
"Kenapa kau harus menjaga pohon trembesi ini?"
"Kenapa, ya? Mungkin karena aku lahir di sini, dan aku bukan manusia sepertimu, Alfred."
"Ke mana teman-temanmu?"
"Mereka sudah mati."

Terlalu banyak tanya yang mencuat dari mulut Alfred setiap harinya. Albizia tiada menolak menjawab, selalu kurva senyum dan suara ramah yang menyambut Alfred. Alfred menyukainya---dan untuk tahun-tahun selama mereka bersama, Alfred tak pernah membiarkan kata cinta mengkhianati diamnya. Alfred menahan ungkapan perasaannya terikat dalam tenggorokan, menggelayuti pita suara dan menyekatnya rapat-rapat.

(Sepuluh tahun kemudian, pohon trembesi itu sudah tidak ada. Albizia juga sudah tidak ada. Alfred tak sempat mengutarakan semuanya)

.
.
.
(Albizia memang nama latin pohon trembesi. Alfred hanya nama random yang saya ambil dari game Blood in Roses)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar